Umumkan Bounty Hunter, Pemerintah AS Tawarkan Rp 143 Miliar Bagi Pemberi Info Hacker DarkSide

Pemerintah AS Tawarkan Bounty Rp 143 Miliar Untuk Informasi Hacker DarkSide
Pemerintah AS Tawarkan Bounty Rp 143 Miliar Untuk Informasi Hacker DarkSide

Aksaraintimes.id – Pemerintah Amerika Serikat menawarkan hadiah sebesar 10 Juta atau setara Rp 143 miliar untuk informasi valid mengenai pimpinan hacker DarkSide yang meresahkan dalam beberapa tahun terakhir.

Hacker DarkSide kerap kali beraksi dengan menyebar virus serta meminta uang tebusan pada korbanya atau ransomware.

Upaya ini diharapkan dapat memudahkan dalam mengungkap sindikat gelap para hacker yang kerap beraksi dengan menyandra data pribadi korbanya.

Baca Juga: Update Harga Emas Pegadaian Hari Ini Senin, 8 November 2021: Antam Rp 1.904.000 Per 2 Gram

Pemerintah Amerika juga menyebut bahwa kelompok ini menjadi dalang berhentinya jaringan pipa minyak utama negara tersebut pada bulan Mei 2021 silam.

Lisa Monaco selaku Wakil Jaksa Agung Amerika menyebut bahwa dalam beberapa hari mendatang diprediksi akan banyak terjadi penangkapan kelompok peretas ini.

Pihaknya bahkan menyebut tidak akan segan memburu para hacker merugikan yang menargetkan pemerintahan atau masyarakat.

”Jika Anda menargetkan kami, kami akan menargetkan Anda,” ucap Monaco seperti dilansir dalam wawancara dengan kantor berita AP.

Selain menggelar bounty bagi pimpinan sindikat ini, pemerintah AS juga akan memberikan hadiah sekitar 5 juta Dollar atau setara Rp 71 Miliar untuk informasi yang mengarah pada penangkapan pada anggota yang terlibat.

Baca Juga: 1 Minggu Lagi, Inilah Deretan Mobil Baru yang Akan Dipajang dalam GIIAS 2021

Pemerintah Amerika berharap dengan adanya hadiah ini dapat dengan cepat mendapat info keberadaan sindikat yang meresahkan ini serta memberikan jaminan rasa aman kepada korban ransomware di seluruh dunia.

“Dengan menawarkan hadiah ini, AS menunjukkan komitmennya untuk melindungi korban ransomware di seluruh dunia dari eksploitasi oleh penjahat dunia maya,” tulis dalam publikasi Kementerian Luar Negeri AS.

Sebelumnya, FBI mengungkapkan bahwa sindikat DarkSide bermarkas di Rusia yang diklaim bertanggung jawab mendalangi berbagai serangan siber, salah satunya kejadian penghentian jaringan minyak pada bulan Mei lalu.

Akibat insiden tersebut, beberapa stasiun pengisian bahan bakar di Amerika sempat terhenti operasionalnya lanytaran tidak ada pasokan dalam beberapa hari.

Baca Juga: Hadir Dalam Opsi Blid Van, Isuzu Traga Tawarkan Mobil Tangguh untuk Kebutuhan Logistik

Selain itu, dalam beberapa hari harga minyak juga mengalami kenaikan hingga kekurangan stok bahan bakar yang terjadi di beberapa negara bagian.