• Redaksi
  • Tentang Kami
  • Pedoman Media Siber
Rabu, April 14, 2021
AksaraIntimes.id
  • KIRIM ARTIKEL
Tidak ada hasil
Tampilkan Semua Hasil
  • Beranda
  • Intermedia
    • Reportase
    • Editorial
    • Aksara Ads
  • Negeri Suara
    • Seputar Pemilu
    • Parlemen Affairs
  • Aksara Opera
    • Metafora Budaya
    • Opini
    • Nonima
  • Covid-19NEW
AksaraIntimes.id
  • Beranda
  • Intermedia
    • Reportase
    • Editorial
    • Aksara Ads
  • Negeri Suara
    • Seputar Pemilu
    • Parlemen Affairs
  • Aksara Opera
    • Metafora Budaya
    • Opini
    • Nonima
  • Covid-19NEW
Tidak ada hasil
Tampilkan Semua Hasil
Tidak ada hasil
Tampilkan Semua Hasil
Ujian Kesadaran Politik Makassar

Ujian Kesadaran Politik Makassar

FacebookTwitterWhatsapp

PEMILIHAN KEPALA DAERAH akan kembali digelar di Kota Makassar 2020 mendatang. Ini adalah pilkada ke dua setelah sebelumnya, 2018 lalu, Kotak kosong memenangkan pertarungan melawan Pasangan Appi-Cicu dan 10 partai pendukungnya.

Kemenangan kotak kosong merupakan sejarah baru dalam politik Indonesia. Belum pernah sebelumnya seorang calon tunggal kalah dalam pemilu.

Lahirnya pasangan Appi-Cicu sebagai calon tunggal dimulai dari kandasnya petahana Danny Pomanto mendapatkan dukungan Partai. Sepuluh partai diborong oleh Appi untuk mengantarnya menuju kursi Walikota Makassar. Danny tidak patah arang, ia terus maju melalui jalur independen. Namun naas, ia tak dapat bertarung setelah didiskualifikasi oleh Mahkamah Agung akibat dugaan money politic.

Didiskualifikasinya Danny tidak membuat jalan Appi mulus begitu saja. Pada pemilu 2018 itu, ia kalah dari kotak kosong. Walaupun sempat mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi (MK), namun ditolak karena selisih antara kotak kosong dan Appi-Cicu terlampau jauh, yakni 36.550 suara. Sementara, batas selisih yang dapat disengketakan tidak lebih dari 2.825 suara. 0,5 persen dari suara sah.

Kemenangan kotak kosong tak lepas dari pengaruh Danny Pomanto dan simpatisannya. Dari penjelasan Direktur Eksekutif Syaiful Mujani Research and Consuliting (SMRC) Djayadi Hanan, sebagaimana diberitakan medcom.id menilai, kemenangan kotak kosong bukan hanya karena masyarakat menolak calon tunggal, Ia juga menduga bahwa ini bagian dari kegelisahan masyarakat akibat pasangan petahana didiskualifikasi.

Sementara itu analisis berbeda datang dari pakar pemilu Australia, Kevin Evans. Ia berpendapat bahwa hasil pemilukada Makassar tersebut sebagai bentuk perlawanan terhadap pemilihan yang selama ini selalu diatur oleh elit politik dan ekonomi. Ini juga diartikan sebagai sinyal berakhirnya oligarki politik yang selama ini menguasai Sulawesi selatan. Seperti diketahui, Appi adalah kerabat dekat dari Aksa Mahmud dan Jusuf Kalla, dua orang yang memiliki perusahaan besar di Sul-Sel, Bosowa group dan Kalla group.

Kedua penjelasan ini memiliki landasannya masing-masing. Pastinya, Makassar telah memilih untuk tidak dipimpin pada pemilihan sebelumnya. Kini pemilihan akan berbeda, melihat ramainya bursa calon Walikota-Wakil walikota Makassar, Kotak kosong kemungkinan tidak bakal hadir. Tak ada pilihan untuk tidak memilih, yang tidak memilih dihitung tidak berpartisipasi (golput).

Demokrasi sebagai suatu sistem politik didasarkan pada pemahaman bahwa dalam suatu komunitas politik masyarakat memilih pemimpin/pemerintah untuk melayani kepentingannya. Maka seorang pemimpin dipilih karena kapasitasnya dianggap mampu melayani kepentingan komunitas politik yang dipimpinnya. Pergantian kekuasaan tidak lagi berdasarkan darah atau kekuatan militer, namun dipilih bergantian diantara orang-orang terbaik dalam komunitas tersebut.

Hal ini sebagaimana dijelaskan Aristoteles dalam bukunya Politia. Ia menulis “orang akan bergantian melayani sebagai penguasa, dan sekali lagi, orang lain akan memperhatikan kepentingannya, sama seperti dia, ketika ia memimpin, memperhatikan kepentingan mereka”.

Gambaran ideal tentang demokrasi tersebut dalam praktiknya  tidak selalu demikian. Hal ini karena demokrasi yang ideal membutuhkan kesadaran politik yang kuat dari masyarakat sebagai pemilik kedaulatan yang memberikan legitimasi kekuasaan kepada pemimpinnya.

Ward Berenschot, dalam penelitiannya bersama Edward Aspinall yang dimuat dalam buku Democracy For Sale, menemukan bahwha demokrasi di indonesia lekat dengan apa yang ia sebut klientelisme, yakni proses transaksi politik yang terjadi pada ranah informal. Praktek tranksaksi politik ini mewujud dalam broker-broker politik, tim sukses, pembagian jabatan ataupun kontrak proyek pemerintah.

Tingginya tranksaksi politik berimplikasi pada tingginya ongkos politik di Indonesia. Ini membuat pemimpin bukannya dipilih dari orang-orang terbaik pada suatu komunitas tertentu, melainkan orang-orang yang memiliki (atau dapat mengumpulkan) ongkos politik.

Kini kesadaran politik masyarakat Makassar kembali diuji. Apakah proses pemilukada akan memunculkan pemimpin yang dapat melayani kepentingan masyarakat, atau pemimpin hasil tranksaksi politik yang akan melayani kepentingan kelompok atau golongan tertentu, sebagaimana pada pemilukada 2018 lalu?

Berita Sebelumnya

Kenapa “Malas Membaca Jadi Polisi”?

Berita Selanjutnya

Memahami Gangguan Mental dari Sosok Joker

AKSARA POPULER

Mengenal Bapak Demokrasi Indonesia

Mengenal Bapak Demokrasi Indonesia

5 Februari 2020
Ilustrasi Kekerasan Terhadap Anak

Menyoroti Kekerasan Terhadap Anak di Awal Tahun, Apa Akar Masalah Sesungguhnya?

5 Februari 2020

Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hadjar Dewantara

4 Februari 2020
Kelalaian Mengawasi Anak Tidak untuk Dimaklumi

Kelalaian Mengawasi Anak Tidak untuk Dimaklumi

22 Januari 2020
Ironi Adat kajang : Baju leleng,Tanah dan Pengharapan

Ironi Adat Kajang: Baju Le’leng, Tanah dan Pengharapan

29 September 2019

PILIHAN EDITOR

Wajah Dunia Setelah Virus Corona

Wajah Dunia Setelah Virus Corona

26 Maret 2020
Makassar, AksaraINTimes.id – Prof. Qasim Mathar

Kasus Ahmadiyah Kembali Memanas

18 Juli 2019
Wajah Baru Pimpinan KPK, Tangguhkah?

Wajah Baru Pimpinan KPK, Tangguhkah?

20 September 2019
Neymar

Demi Neymar, Barcelona Relakan 100 Juta Euro plus 2 Pemain ke PSG

5 Februari 2020

Tentang Kami

AksaraIntimes.id

AksaraINTimes - Sudut Berbeda, Membangun Perspektif.

Follow us

Kategori

  • Aksara Opera
  • Editorial
  • Intermedia
  • INTimes
  • Metafora Budaya
  • Negeri Suara
  • Nonima
  • Opini
  • Parlemen Affairs
  • Podcast
  • Reportase
  • Seputar Pemilu
  • Surat untuk Redaksi

Terbaru

  • Kunjungi Rumah Penghafal Alquran, Chaidir : Kami Akan Naikkan Insentifnya
  • Konvensi Mutu Semen Tonasa, Tampilkan Karya terbaik Dari Para Karyawan
  • Puto Arham dan Bagaimana Anrong Gurua menerjemahkan Pesan Ammatoa Kajang
  • Chaidir Syam-Suhartina Gencar Salurkan Bantuan Kemanusiaan ke Lutra

Kontak Kami

Phone/WA : +6287758082119
Email : redaksi@aksaraintimes.id
Alamat Redaksi : Ruko New Zamrud, A6, Jl. Topaz Raya, Masale, Kec. Panakkukang, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90231

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Kolaborasi
  • Pedoman Media Siber
  • Disclaimer

© 2020 AksaraINTimes.id - Dev by Domainweb.id.

Tidak ada hasil
Tampilkan Semua Hasil
  • Beranda
  • Intermedia
    • Reportase
    • Editorial
    • Aksara Ads
  • Negeri Suara
    • Seputar Pemilu
    • Parlemen Affairs
  • Aksara Opera
    • Metafora Budaya
    • Opini
    • Nonima
  • Covid-19
  • KIRIM ARTIKEL

© 2020 AksaraINTimes.id - Dev by Domainweb.id.

SELAMAT DATANG

Masuk dengan Facebook
Masuk dengan Google+
Atau

Masuk ke akun Anda di bawah ini...

Lupa Kata sandi.?

Buat akun baru!

Isi formulir di bawah ini untuk mendaftar

Semua bidang yang diperlukan. Masuk

Ambil kata sandi Anda.

Silakan masukkan nama pengguna atau alamat email Anda untuk mengatur ulang kata sandi Anda.

Masuk