SEKARANG dua menit menjelang tengah malam. Kiamat tak lama lagi. Menurut Doomsday Clock, pada 2018, dunia kian mendekati bencana besar: ketika jarum merapat ke angka 24.00.
Kita tak lagi hidup di tahun 1991. Waktu itu jarum jam simbolik itu “yang dikelola pengurus Bulletin of the Atomic Scientists sejak 1947” berada pada menit ke-17 sebelum “tengah malam”.
Waktu itu manusia merasa terlepas dari bahaya kehancuran bersama oleh perang nuklir. Amerika Serikat dan Uni Soviet, dua negara yang daya destruktifnya bisa meluluhlantakkan bumi dan manusia, akhirnya bersepakat mau menanggalkan senjata pamungkas itu.
Aku membacakan penggalan kisah ini di Samata, sekitar 57 jengkal tangan dari garis pagar kampus Islam tenama di Indonesia, UIN Alauddin.
Tetiba seorang kurus berambut panjang mendekatiku, yang selanjutnya kukenali sebagai seorang lelaki. “Malam adalah waktu pengusiran mahasiswa”, pungkasnya.
Dalam Surat Edaran Rektor tertanggal 31 Oktober 2019 pada pasal 1 menuliskan bahwa jadwal kegiatan mahasiswa 06.00-17.30 Wita. Dengan berlandaskan itu, Rektor dan jajaran pengamanan kampus berkeliling untuk menyerukan seluruh mahasiswa keluar dan meninggalkan kampus secepat mungkin.
Kenapa dunia malam ditakuti Pimpinan Kampus berlabel Islam itu?
Dengan alasan adanya hal-hal yang didapati oleh pimpinan dan aparat keamanan sebagai perbuatan amoral pada malam hari di wilayah kampus UIN Alauddin, penertiban kegiatan malam mahasiswa kemudian menjadi akibatnya.
Terlalu subjektif, kata seorang lelaki di sebelahku ini. Kalaupun ada yang melakukan perbuatan amoral di wilayah kampus pada malam hari, itu tak seberapa dengan banyaknya kegiatan mahasiswa yang harus dan mesti dilakukan di malam hari karena aturan jadwal kuliah yang dimulai pukul 06:00-17:00 Wita.
Kegaiatan ekstrakurikuler sebagai bagian dari pendidikan berhak untuk didapatkan oleh mahasiswa sesuai amanat langsung dari UU-PT yang dipenetrasikan dalam Peraturan Manteri Agama (PMA) No.20 Tahun 2014 tentang Statuta UINAM pasal 66. Maka rektor sebagai pemimpin perguruan tinggi tidak semestinya serta merta mengeluarkan Surat Edaran yang mencederai aturan di atasnya.
Apakah Malam Memang Sumber Terbesar Perbuatan Amoral di Kampus?
Jika pembaca adalah mahasiswa UIN Alauddin, atau setidaknya pernah masuk dalam lingkungan kampus UIN Alauddin di Samata pada waktu malam hari, pembaca aku biarkan untuk sedikit waktu tersenyum dengan kebobrokan analisis sosial sang Pimpinan Kampus UIN alauddin,ini.
Aku berkuliah di UIN Alauddin 5 tahun 11 bulan dan hampir tak ada malam yang aku lewati di kampus kecuali saat pulang kampung. Aktivitas malam di kampus seperti sebuah perkampungan aktif (perkampungan karena memang UIN Alauddin cukup gelap di malam hari) hampir setiap sudut gedung ada aktivitas latihan kesenian, kajian dengan bantuan penerangan Hp, atau sekedar ngumpul menceritakan kelucuan dosen dan kawan mahasiswa lainnya yang sibuk urus berkas penyelesaian.
Tentang kerisauan pimpinan yang bilang adanya perbuatan amoral, memang aku pernah mendapatinya 2 kali selama waktu kuliahku 5 tahun 11 bulan. dalam jangka waktu 5 tahun 11 bulan itu aku hanya mendapati 2 kali (itupun hanya didapati berduaan di gazebo), perbandingan yang sangat jauh untuk menjadikan kesimpulan bahwa kegiatan malam di kampus berisi perbuatan amoral.
Privilege Pimpinan UIN Alauddin Terhadap Segolongan Mahasiswa
Tentang pelarangan aktivitas malam mahasiswa, ada hal yang cukup menarik yang bisa dibilang kurang diperhatikan dalam beberapa aksi yang dilakukan beberapa pekan terakhir. Adanya sikap Privilege yang dibuktikan secara terang-terangan oleh Pimpinan kampus terhadap mahasiswa yang menyewa atau tinggal di dalam area kampus.
Sebelumnya, aku ingin menjelaskan bahwa di dalam pagar kampus 2 UIN Alauddin, Samata itu ada sekurang-kurangnya dua gedung yang dikhususkan untuk dihuni oleh mahasiswa. Satu gedung untuk Mahasiswa (i) yang berprestasi dalam hal Tahfiz (penghafal Al-qur’an) dan satu gedungnya lagi untuk mahasiswa umum yang biasa disebut gedung Rusunawa oleh para mahasiswa.
Penghuni dua gedung ini bebas melakukan kegiatan malam di dalam lingkup kampus UIN Alauddin di malam hari, hal itu terbukti tak sedikit mahasiswa (i) yang berkumpul di sekitaran gedung Perpustakaan saat malam hari untuk lebih dekat dengan jaringan Wi-Fi sambil mengerjakan tugas atau sekedar online.
Tak hanya sampai disitu, aktivitas Privilege untuk mahasiswa (i) penghuni kedua asrama juga dapat ngumpul-ngumpul di gazebo-gazebo fakultas saat malam hari di waktu para mahasiswa lain (yang tidak menyewa kamar) dalam kampus diusir keluar kampus.
Menjadi pertanyaan besar, apa bedanya mahasiswa (i) yang tinggal di dalam kampus dengan mahasiswa (i) yang tinggal di luar kampus?
Karena ia menyewa kamar di asrama yang disediakan di dalam lingkup kampus? Berarti kampus telah melakukan Privilege dengan terang-terangan menggunakan landasan materil (penyewa kamar). Sang penyewa kamar yang juga berlabel mahasiswa diberi keistimewaan dapat mengakses dan menggunakan fasilitas kampus di malam hari di tengah mahasiswa lain yang diusir karena tidak menyewa kamar di dalam kampus.
Kampus jadi pebisnis kamar? Lelaki kurus yang ada di dekatku ini tetiba tertawa lebar.
Ternyata aktivitas malam di kampus bisa dilakukan dengan syarat menyewa kamar di salah satu gedung di dalam kampus, nah kalau begitu, bagaimana kalau kita semua yang ingin melakukan aktivitas malam di dalam kampus juga menyewa kamar di salah satu gedung yang disediakan tersebut. Berarti bisa beraktivitas malam di dalam kampus, juga kan? pikirnya.
Aku hanya mengangguk. Tak ada salahnya untuk dicoba, mahasiswa yang ingin berkegiatan malam di kampus sama-sama mengumpulkan uang receh untuk menyewa kamar dan dibawa langsung ke pak rektor. kan pedis tuh hati…
Bincang-bincang itu selesai, lelaki kurus itu pulang ke kosnya dengan membawa satu misi, “Aksi mengumpulkan uang receh untuk menyewa kamar dan Privilege pimpinan UIN Alauddin”. Esok pagi, mungkin matahari akan tetap terbit di timur dengan hawa sejuk musim hujan, tapi aksi itu agak panas di hati pimpinan yang menerima sekantong uang receh dari mahasiswa yang meminta hak Privilege. Dan itu mungkin lebih panas dari perang Amerika dan Rusia di tahun-tahun 1947 yang terjadi di malam hari jua.