• Redaksi
  • Tentang Kami
  • Pedoman Media Siber
Rabu, April 14, 2021
AksaraIntimes.id
  • KIRIM ARTIKEL
Tidak ada hasil
Tampilkan Semua Hasil
  • Beranda
  • Intermedia
    • Reportase
    • Editorial
    • Aksara Ads
  • Negeri Suara
    • Seputar Pemilu
    • Parlemen Affairs
  • Aksara Opera
    • Metafora Budaya
    • Opini
    • Nonima
  • Covid-19NEW
AksaraIntimes.id
  • Beranda
  • Intermedia
    • Reportase
    • Editorial
    • Aksara Ads
  • Negeri Suara
    • Seputar Pemilu
    • Parlemen Affairs
  • Aksara Opera
    • Metafora Budaya
    • Opini
    • Nonima
  • Covid-19NEW
Tidak ada hasil
Tampilkan Semua Hasil
Tidak ada hasil
Tampilkan Semua Hasil
Home Intermedia

Refleksi Spirit Gotong Royong Membangun Bangsa

AksaraOPERA AksaraOPERA
1 September 2019
in Intermedia
0
Refleksi Spirit Gotong Royong Membangun Bangsa

Al Mukhollis Siagian

152
VIEWS
FacebookTwitterWhatsapp

Bangsa Indonesia adalah cosmopolitanisme berbagai bangsa dari kesejarahan kontekstual yang di konstruksi dalam spirit kesatuan. Olehnya, membangun bangsa adalah tugas bersama, maka marilah bergotong royong untuk mewujudkan segala tujuan bangsa.

– Al Mukhollis Siagian

Sengketa pembangunan kini mengkristal dalam setiap benak pemimpin Negara untuk mencairkan permasalahan-permasalahan sosial yang sempat membeku. Dimana upaya pembangunan dilakukan untuk meletakkan sendi-sendi kehidupan Negara yang lebih harmonis dan manusiawi.

Catatan terhadap permasalahan yang terkandung dalam negeri memiliki tampilan unik yang harus diretas, mulai dari pelanggaran HAM, angka korupsi, kemiskinan, patologi dan konflik sosial lainnya serta pembangunan masih tergantung dari bantuan negara lain.

Belum lagi adanya tarian dari beberapa wilayah untuk memerdekakan diri, hutang luar negeri yang harus ditanggung oleh beberapa generasi dan lingkungan yang semakin rumit dipahami.

Tentu kondisi ini harus dihadapkan dengan kebijakan yang melampaui keterbatasan oleh semua lapisan Negara, hal tersebut penulis maksud sebagai publikisme yang melakukan kerjasama untuk membangunnya (gotong royong).

Dalam kajian Administrasi Publik, publik diartikan sebagai satu kesatuan kerjasama pemerintah, swasta dan masyarakat. Berarti publikisme ini merupakan penyadaran kembali bahwa bangsa ini adalah milik bersama yang tanggung-jawabnya juga dipikul secara bersama.

BACAJUGA

Bedanya Perlakuan KASN Pada Pelanggar Netralitas di Sulsel

Pecahkan Rekor di Urutan Ketiga Positif Covid, Sulsel Jangan Paksakan New Normal

Jauh sebelum ini, Soekarno juga pernah menyatakan bahwa Pancasila yang merupakan Way of Life dan ideologi bangsa jika dikerucutkan menjadi satu sila maka namanya adalah Ekasila yang isinya gotong royong.

Namun, kini semua itu seakan terkubur bersama sejarah dan hanya menjadi hapalan untuk memperoleh nilai dalam buku pelajaran anak sekolah. Lihat saja fakta yang berkata bahwa persesuaian kerapkali terjadi di tengah kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara sebagai kulminasi pengabaian antar generasi terhadap sejarah.

Apabila kita menilik kembali kesejarahan kontekstual bangsa Indonesia terbentuk sewaktu menyisir kolonialisme dan imperialisme, bangsa yang disatukan dari berbagai bangsa yang memiliki spirit kesatuan dan menggalang kekuatan bersama.

Sehingga bagi penulis bangsa Indonesia adalah cosmopolitanisme berbagai bangsa dari kesejarahan kontekstual yang dikonstruksi dalam spirit kesatuan. Olehnya, membangun bangsa adalah tugas bersama, maka marilah bergotong royong untuk mewujudkan segala tujuan bangsa.

Berbeda dengan cikal bakal terbentuknya bangsa dalam Negara lain, seperti halnya Republik Prancis sebelum menjadi Republik mereka sudah berasal dari bangsa yang sama, yakni bangsa France.

Sehingga keadaan ini merupakan keunikan majemuk bangsa yang harusnya menjadi kekuatan berdaya dahsyat dalam melakukan pembangunan berkesinambungan untuk menyisisr segala permasalahan dari sendi-sendi kehidupan. Oleh karenanya perlu kita lakukan refleksi spirit kebersamaan (gotong royong).

Menjadi Negara yang adaptif terhadap perubahan global adalah keharusan, namun jika tindakan tersebut merusak tatanan psikologi bangsa maka istrahatkan saja keadaptifan tersebut. Sebab implikasinya adalah rusaknya jiwa bangsa (Pancasila) dan raga bangsa (NKRI).

Benar bahwa penjajahan secara fisik (peperangan) antar Negara sudah lama berakhir, namun bukan berarti penjajahan terhadap Negara terbelakang lepas dari cengkeraman Negara maju. Dan Indonesia adalah bangsa yang rawan dalam jajahan dan pemetaan Negara-negara maju untuk menguasainya.

Mari kita ulas kembali ke belakang, perang dagang antara AS-Tiongkok merupakan sinyal bahwa perang besar itu bernama ekonomi dan energi, dan satunya-satunya Negara yang masih menyimpan energi tinggi di dunia serta bernilai ekonomis tinggi adalah Indonesia. Namun sumber daya manusianya masih lalai untuk berdiri di atas kaki sendiri, karenanya Indonesia rawan dalam cekikan bangsa lain.

Indonesia hari ini adalah Negara yang sedang gencar melakukan pembangunan segala aspek kehidupan, namun jalan yang ditempuh oleh pemerintah adalah meminjam kaki Negara lain (berhutang). Belum lagi isu sewaktu pilpres kemarin, bahwa banyak bertaburan di media bahwa proses pemilihan pemimpin Negara kita tidak lepas dari cengkeraman AS dan Tiongkok.

Akankah kita melupa yang dikatakan Soekarno bahwa persoalan ekonomi harus berdikari (berdiri di atas kaki sendiri), atau seperti pemikiran Hatta dalam gagasan perekonomiannya bahwa usaha bersama (cooperation) adalah cara terbaik dalam membangun bangsa.

Melepaskan diri dari Negara lain terkait membangun bangsa bukanlah tindakan anti asing (xenophobia), melainkan upaya pembangunan lebih kuat dan terarah dalam menjalin kerjasama dengan Negara luar. Seiring dengan itu, menutup kran ideologi transnasional juga perlu kita tegaskan untuk lebih serius.

Indonesia sudah selesai dengan Pancasila, tidak boleh ada komunisme, marxisme, liberalisme maupun ideologi lain yang bergaya baru. Meskipun kini Indonesia berada dalam erangan neoliberalisme yang lebih mengedepankan investor dan swasta asing dalam pembangunan, sekiranya untuk pemerintah yang berkuasa hari ini mampu melepaskan itu. Sebab kita perlu gotong royong antar lapisan Negara, pemerintah, swasta dan masyarakat.

Seperti pengalaman Negara ini dalam garis sejarah, dimana ketika Indonesia berhutang pada IMF maka apapun yang dianjurkan oleh IMF harus dilakukan, yang jelas IMF harus beruntung. Begitu juga dengan kondisi saat ini, Negara yang menjadi pemberi hutang pada Indonesia akan menuruti semua sarannya, salah satu proyek One Belt One Road (OBOR).

Dimana proyek ini adalah akan menuai dalih dari pengambil kebijakan bahwa dalam pembangunan bangsa harus dilakukan ekonomi terbuka, sehingga dibukakan jalurnya (jalur sutra). Lalu pertanyaannya, apakah pemerintah tidak memahami kondisi kesiapan masyarakat?

Tentu pertanyaan ini akan dijawab dengan lugas oleh pemerintah, namun pada dasarnya pemerintah mengabaikan peran dan keikutsertaan masyarakat.

Dalam konteks ini, Indonesia merupakan Negara independen dengan permasalahan bangsa yang begitu kompleks. Namun bukan berarti permasalahan ini tidak bisa disisir, syaratnya adalah mengesampingkan segala ego pragmatis lalu menyatukan komitment gotong royong untuk membangun.

Meskipun saat ini kebijakan masih totaliter bergaya baru oleh pemangku kekuasaan, namun kita tegaskan dan tekankan bahwa keseriusan mereka para aparat pemerintahan untuk memiliki wawasan pemikiran dan mentalitas yang kondusif terhadap masyarakat, lebih mengedepankan kerjasama lapisan Negara dalam mengembangkan nilai-nilai Pancasila untuk pembangunan bangsa pada sendi-sendi kehidupan.

Al Mukhollis Siagian

“Mahasiswa Ilmu Administrasi Negara Universitas Negeri Padang. Presiden Wadah Pejuang Penegak Solusi Politik 2019/2020 dan Penggiat Literasi”
Tags: highlightsIndonesiaPolitikUniversitas Negeri Padang

Berita Terkait

Bedanya Perlakuan KASN Pada Pelanggar Netralitas di Sulsel
Reportase

Bedanya Perlakuan KASN Pada Pelanggar Netralitas di Sulsel

15 Juni 2020
Pecahkan Rekor di Urutan Ketiga Positif Covid, Sulsel Jangan Paksakan New Normal
Reportase

Pecahkan Rekor di Urutan Ketiga Positif Covid, Sulsel Jangan Paksakan New Normal

12 Juni 2020
Tagihan Listrik Membengkak, DPRD : Sama-sama Jaki
Reportase

Tagihan Listrik Membengkak, DPRD : Sama-sama Jaki

11 Juni 2020
Bodoh Amat dengan Virus Corona, Warga Kompak Tolak Rapid Test
Reportase

Bodoh Amat dengan Virus Corona, Warga Kompak Tolak Rapid Test

9 Juni 2020
Reportase

New Normal, Protokol Kesehatan Jadi Gaya Hidup Baru di Tengah Pandemi

27 Mei 2020
Kebijakan “Karet”, Ancaman Besar Ledakan Virus Corona Saat Lebaran
Reportase

Kebijakan “Karet”, Ancaman Besar Ledakan Virus Corona Saat Lebaran

20 Mei 2020
Berita Selanjutnya
Video Komentar Ustad Das’ad Terkait Penjualan Daging Babi di Mall Pipo

Video Komentar Ustad Das'ad Terkait Penjualan Daging Babi di Mall Pipo

AKSARA POPULER

Mengenal Bapak Demokrasi Indonesia

Mengenal Bapak Demokrasi Indonesia

5 Februari 2020
Ilustrasi Kekerasan Terhadap Anak

Menyoroti Kekerasan Terhadap Anak di Awal Tahun, Apa Akar Masalah Sesungguhnya?

5 Februari 2020

Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hadjar Dewantara

4 Februari 2020
Kelalaian Mengawasi Anak Tidak untuk Dimaklumi

Kelalaian Mengawasi Anak Tidak untuk Dimaklumi

22 Januari 2020
Ironi Adat kajang : Baju leleng,Tanah dan Pengharapan

Ironi Adat Kajang: Baju Le’leng, Tanah dan Pengharapan

29 September 2019

PILIHAN EDITOR

7 Hal Pengaruhi Masa Subur Pria

7 Hal Pengaruhi Masa Subur Pria

20 September 2019
Everafter Green 2020

Retorika Kosong Pidato Nadiem Makarim

26 November 2019
Ilustrasi Penderita Stunting (Int)

Darurat Stunting! Tak Hanya Tubuh, Pertumbuhan Otak Juga Terhambat

18 Desember 2019
Pelatih PSM Makassar Salut Kerja Keras Guy Junior

Pelatih PSM Makassar Salut Kerja Keras Guy Junior

5 Februari 2020

Tentang Kami

AksaraIntimes.id

AksaraINTimes - Sudut Berbeda, Membangun Perspektif.

Follow us

Kategori

  • Aksara Opera
  • Editorial
  • Intermedia
  • INTimes
  • Metafora Budaya
  • Negeri Suara
  • Nonima
  • Opini
  • Parlemen Affairs
  • Podcast
  • Reportase
  • Seputar Pemilu
  • Surat untuk Redaksi

Terbaru

  • Kunjungi Rumah Penghafal Alquran, Chaidir : Kami Akan Naikkan Insentifnya
  • Konvensi Mutu Semen Tonasa, Tampilkan Karya terbaik Dari Para Karyawan
  • Puto Arham dan Bagaimana Anrong Gurua menerjemahkan Pesan Ammatoa Kajang
  • Chaidir Syam-Suhartina Gencar Salurkan Bantuan Kemanusiaan ke Lutra

Kontak Kami

Phone/WA : +6287758082119
Email : redaksi@aksaraintimes.id
Alamat Redaksi : Ruko New Zamrud, A6, Jl. Topaz Raya, Masale, Kec. Panakkukang, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90231

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Kolaborasi
  • Pedoman Media Siber
  • Disclaimer

© 2020 AksaraINTimes.id - Dev by Domainweb.id.

Tidak ada hasil
Tampilkan Semua Hasil
  • Beranda
  • Intermedia
    • Reportase
    • Editorial
    • Aksara Ads
  • Negeri Suara
    • Seputar Pemilu
    • Parlemen Affairs
  • Aksara Opera
    • Metafora Budaya
    • Opini
    • Nonima
  • Covid-19
  • KIRIM ARTIKEL

© 2020 AksaraINTimes.id - Dev by Domainweb.id.

SELAMAT DATANG

Masuk dengan Facebook
Masuk dengan Google+
Atau

Masuk ke akun Anda di bawah ini...

Lupa Kata sandi.?

Buat akun baru!

Isi formulir di bawah ini untuk mendaftar

Semua bidang yang diperlukan. Masuk

Ambil kata sandi Anda.

Silakan masukkan nama pengguna atau alamat email Anda untuk mengatur ulang kata sandi Anda.

Masuk