Nasional, AksaraINTimes.id – Pada sebuah video amatir yang diunggah oleh akun @makassar_info tampak seorang nenek berdiri di belakang truk pengangkut beras, ia kemudian terlihat memungut sisa-sisa beras yang jatuh dari karung saat diangkut oleh kuli di sebuah pangkalan distribusi beras.
Potret itu begitu memilukan mengingat betapa banyaknya karung-karung beras di atas truk, Namun sang nenek tidak bisa mendapatkannya. Beras-beras tersebut akan didistribusikan ke pasar dan akan dinikmati oleh mereka yang mampu membayar.
Sementara sang nenek yang tak memiliki akses terhadap pasar hanya bisa menunggu sekiranya ada satu dua butir beras yang jatuh saat karung-karung itu diangkut. Mungkin inilah yang dimaksudkan Adam Smith ketika mengeluarkan teori masyhurnya “trickle down effect”.
Dalam doktrin pasar bebas -yang dianut mayoritas pembangunan ekonomi hari ini- ia mengatakan bahwa keuntungan yang didapat oleh orang kaya dari pasar bebas akan menetes dan jatuh ke kelas masyarakat di bawahnya. Begitulah sang nenek sedang menanti jatuhnya butir-butir beras yang akan meluncur bebas menuju pasar bebas.
Lebih ironis lagi karena salah satu yang jadi kebanggaan pemerintahan Jokowi pada periode pertamanya adalah Swasembada beras. Selama lima tahun mampu menghasilkan 2,5 Juta ton beras. Namun walaupun beras begitu berlimpah, sang nenek dan juga banyak rakyat Indonesia tak memiliki akses terhadap keberlimpahan tersebut.
Benar kata Amartya Sen, Ekonom Pemenang Nobel tahun 1998 bahwa kelaparan terjadi bukan karena kita kekurangan makanan, namun karena keterbatasan akses terhadap makanan tersebut.
Penulis: Akmal Ashar