• Redaksi
  • Tentang Kami
  • Pedoman Media Siber
Rabu, April 14, 2021
AksaraIntimes.id
  • KIRIM ARTIKEL
Tidak ada hasil
Tampilkan Semua Hasil
  • Beranda
  • Intermedia
    • Reportase
    • Editorial
    • Aksara Ads
  • Negeri Suara
    • Seputar Pemilu
    • Parlemen Affairs
  • Aksara Opera
    • Metafora Budaya
    • Opini
    • Nonima
  • Covid-19NEW
AksaraIntimes.id
  • Beranda
  • Intermedia
    • Reportase
    • Editorial
    • Aksara Ads
  • Negeri Suara
    • Seputar Pemilu
    • Parlemen Affairs
  • Aksara Opera
    • Metafora Budaya
    • Opini
    • Nonima
  • Covid-19NEW
Tidak ada hasil
Tampilkan Semua Hasil
Tidak ada hasil
Tampilkan Semua Hasil
Home Intermedia

Dibalik 350 Tahun Sulawesi-Selatan

Akmal Ashar Akmal Ashar
22 Oktober 2019
in Intermedia
0
3
VIEWS
FacebookTwitterWhatsapp

PADA 19 OKTOBER, Sulawesi selatan merayakan Ulang tahun yang 350 tahun. Hal ini tentu terdengar absurd, bagaimana mungkin sebuah provinsi lebih tua dari negaranya itu sendiri?

Hari jadi Sulawesi-Selatan ditetapkan 19 Oktober 1669 melalui seminar hari jadi sulawesi selatan yang awal mulanya diprakarsai oleh Gubernur H.Z.B Palaguna pada tahun 1993.  Beliau menginginkan adanya suatu wahana yang dapat mengikat masyarakat sebagai perwujudan kebersamaan dan persatuan.

Gagasan ini kemudian ditindaklanjuti dengan pelaksanaan Seminar Hari Jadi Sulawesi Selatan yang diadakan pada tanggal 18 dan 19 Juli 1995. Seminar ini menampilkan 19 makalah dari para pakar dengan latar belakang berbagai disiplin ilmu dan makalah kunci dari gubernur Sulawesi Selatan.   

Hasil dari seminar tersebut kemudian dikukuhkan dalam Peraturan Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan Nomor 10 Tahun 1995. Di dalam pasal penjelas Perda tersebut dijelaskan mengapa tanggal 19 Oktober 1669 ditetapkan sebagai hari jadi Provinsi Sulawesi Selatan.

Tanggal 19 diambil dari momentum Sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang memutuskan membentuk delapan provinsi yangsalah satunya adalah Sulawesi. Sejumlah tokoh masyarakat Sulawesi Selatan menghadiri sidang tersebut yang dianggap sebagai simbol keinginankuat masyarakat Sulawesi Selatan untuk mendukung Negara Kesatuan Republik Indonesia.

BACAJUGA

Bedanya Perlakuan KASN Pada Pelanggar Netralitas di Sulsel

Pecahkan Rekor di Urutan Ketiga Positif Covid, Sulsel Jangan Paksakan New Normal

Sementara pemilihan bulan Oktober merujuk pada dua kejadian di bulan tersebut, yang pertama Deklarasi Djongayya pada tanggal 15 Oktober 1945 yakni kesepakatan raja-raja di wilayah Sulawesi-Selatan dan sekitarnya menyatakan diri berada di belakang negara proklamasi 17 Agustus 1945. Yang kedua momentum kesepakatan raja-raja Sulawesi Selatan menyatakan diri sedarah dan seketurunan yang terjadi pada tanggal 11 Oktober 1674. Kedua momentum tersebut dianggap sebagai kesadaran akan kesatuan teritorial dan kesatuan budaya Sulawesi Selatan.

Yang terakhir soal pemilihan tahun 1669. Merujuk pada Perda tersebut dikatakan bahwa tahun ini dipilih sebagai penanda berakhirnya perang Makassar. Akhir dari perang Makassar dianggap sebagai titik balik dari perpecahan masyarakat Sulawesi Selatan,

Dijelaskan pula bahwa fakta sejarah ini meimbulkan kesadaran untuk bersatu baik dalam genealogis maupun teritorial dan meneruskan perjuangan dengan dijiwai oleh semangat patriotisme dan heroisme dari para pahlawan yang telah gugur dengan gagah berani pada perang tersebut.

Dalam Perda tersebut juga dijelaskan bahwa hari jadi Sulawesi Selatan bukanlah formalitas belaka. Melainkan memiliki makna yang mendalam sehingga dapat memberikan gambaran simbolik tentang jati diri dan motivasi masyarakat serta sebagai saran melestarikan budaya dan sejarah Sulawesi Selatan.

Kejanggalan Tahun Kelahiran Sulawesi Selatan

Jika dihitung sejak tahun 1669 maka tahun ini Sulawesi Selatan telah menginjak usia 350 tahun. Tahun 1669 adalah tahun kekalahan Kerajaan Gowa yang ditandai dengan penghancuran benteng Somba Opu dan dimulainya era penjajahan Belanda di Wilayah Kerajaan Gowa.  Prof. Nurhayati Rahman, Guru besar Universitas Hasanuddin mengkritik penetapan tahun 1669 sebagai hari jadi Sulawesi Selatan. “Masa’ kekalahan Gowa adalah tonggak lahirnya Provinsi Sulawesi Selatan, itu kan lucu” Jelasnya.

Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa sebelum masa kemerdekaan setiap kerajaan di Sulawesi Selatan adalah daerah berdaulat yang memiliki lambang dan benderanya sendiri. Sehingga dalam menentukan sejarah lahirnya Sulawesi Selatan tidak perlu menarik-narik ke-belakang karena provinsi baru hadir setelah Indonesia merdeka.

Hal yang juga layak diperdebatkan adalah kekalahan kerajaan Gowa tahun 1669 dari Belanda jika merujuk pada pasal penjelas Perda di atas dijelaskan kejadian tersebut merupakan titik balik dari perpecahan masyarakat Sulawesi selatan.

Menurut Prof. Nur ini adalah sebuah interpretasi sejarah. “siapa bilang ini titik balik bersatu? Justru perang berlangsung terus”. Perang terus terjadi akibat politik devide et impera yang dilakukan oleh Belanda. Ia mengambil contoh bagaimana Arung Palakka melakukan politik perkawinan antar kerajaan untuk menyatukan kerajaan yang saling bertikai untuk kemudian bersatu melawan Belanda.

Tahun 1669 bagi kerajaan Gowa adalah sebuah kekalahan dan awal dari kehancuran kerajaan Gowa itu sendiri, Sementara bagi kerajaan Bone itu adalah kemenangan dan akhir dari pendudukan kerajaan Gowa. Menjadikan tahun 1669 sebagai tonggak kelahiran Provinsi Sulawesi Selatan tak dapat dipungkiri akan meimbulkan multi interpretasi.

Simbol Atau Fakta Sejarah?

Jika melihat bagaimana hari jadi Sulawesi Selatan ditetapkan ini tidak merujuk pada suatu kejadian di tanggal, bulan dan tahun tertentu. Masing-masing memiliki makna dan rujukan sejarahnya sendiri-sendiri.

Sejarawan Univarsitas Hasanuddin Suriadi Mappangara mengatakan hal ini karena ada yang ingin mengingat tanggal, ada yang ingin mengingat bulan dan ada yang ingin mengingat tahun. Ia juga membenarkan bahwa kejatuhan kerajaan Gowa yang ditandai dengan penghancuran benteng Somba Opu menjadi dasar peringatan hari jadi Sulawesi Selatan yang menyisakan luka disatu sisi dan kemenangan disisi yang lain.

Namun baginya masa lalu adalah masa lalu. “kita mengambil hikmah dari kejadian itu” katanya. Ia pun menerangkan bahwa kejadian tahun 1669 sebagai pengingat bahwa kita pernah berada dalam kejatuhan yang begitu dahsyat dan mudah-mudahan tidak mengulanginya lagi di masa depan.

Jika melihat fakta sejarah. Provinsi sulawesi selatan sebagai sebuah daerah administratif baru eksis setelah kemerdekaan Indonesia. Sejarah provinsi tentu saja berbeda dengan sejarah kota atau daerah yang terdapat dalam provinsi tersebut.

Prof. Nurhayati yang dikenal karena kerja kerasnya menerbit kan sureq La Ga Ligo menekankan bahwa sejarah harus berdasarkan fakta, tidak boleh dinterpretasi berdasarkan imajinasi. Begitupun terkait sejarah lahirnya Sulawesi Selatan. Ia pun mengatakan bahwa tidak ada salahnya jika provinsi berumur muda, jika kenyataanya memang seperti itu.

Tags: 350 tahun sulawesi selatanhari jadi sulawesi selatanperang makassar

Berita Terkait

Bedanya Perlakuan KASN Pada Pelanggar Netralitas di Sulsel
Reportase

Bedanya Perlakuan KASN Pada Pelanggar Netralitas di Sulsel

15 Juni 2020
Pecahkan Rekor di Urutan Ketiga Positif Covid, Sulsel Jangan Paksakan New Normal
Reportase

Pecahkan Rekor di Urutan Ketiga Positif Covid, Sulsel Jangan Paksakan New Normal

12 Juni 2020
Tagihan Listrik Membengkak, DPRD : Sama-sama Jaki
Reportase

Tagihan Listrik Membengkak, DPRD : Sama-sama Jaki

11 Juni 2020
Bodoh Amat dengan Virus Corona, Warga Kompak Tolak Rapid Test
Reportase

Bodoh Amat dengan Virus Corona, Warga Kompak Tolak Rapid Test

9 Juni 2020
Reportase

New Normal, Protokol Kesehatan Jadi Gaya Hidup Baru di Tengah Pandemi

27 Mei 2020
Kebijakan “Karet”, Ancaman Besar Ledakan Virus Corona Saat Lebaran
Reportase

Kebijakan “Karet”, Ancaman Besar Ledakan Virus Corona Saat Lebaran

20 Mei 2020
Berita Selanjutnya
Kehidupan Narapidana

Hidup Napi itu Sesak, Kelebihan Kapasitas Hingga Anggaran Kesehatan Hanya Rp10 Juta

AKSARA POPULER

Mengenal Bapak Demokrasi Indonesia

Mengenal Bapak Demokrasi Indonesia

5 Februari 2020
Ilustrasi Kekerasan Terhadap Anak

Menyoroti Kekerasan Terhadap Anak di Awal Tahun, Apa Akar Masalah Sesungguhnya?

5 Februari 2020
mengapa "malas membaca jadi polisi"?

Kenapa “Malas Membaca Jadi Polisi”?

7 Oktober 2019
Kelalaian Mengawasi Anak Tidak untuk Dimaklumi

Kelalaian Mengawasi Anak Tidak untuk Dimaklumi

22 Januari 2020
Ironi Adat kajang : Baju leleng,Tanah dan Pengharapan

Ironi Adat Kajang: Baju Le’leng, Tanah dan Pengharapan

29 September 2019

PILIHAN EDITOR

Jaringan Aktivis Sulawesi Berharap Sidang Hak Angket Dilaksanakan Terbuka

Jaringan Aktivis Sulawesi Berharap Sidang Hak Angket Dilaksanakan Terbuka

20 September 2019
Pilkada Kemungkinan Kembali Ditunda, April 2021 Paling Aman

Pilkada Kemungkinan Kembali Ditunda, April 2021 Paling Aman

14 Mei 2020
RSUD Jeneponto Belum Terakreditasi, Jenderal KPP Berang

RSUD Jeneponto Belum Terakreditasi, Jenderal KPP Berang

19 Juli 2019
Komunitas Keluarga Angkat Gelar Aksi Berbagi di Sejumlah Wilayah

Komunitas Keluarga Angkat Gelar Aksi Berbagi di Sejumlah Wilayah

21 Juli 2019

Tentang Kami

AksaraIntimes.id

AksaraINTimes - Sudut Berbeda, Membangun Perspektif.

Follow us

Kategori

  • Aksara Opera
  • Editorial
  • Intermedia
  • INTimes
  • Metafora Budaya
  • Negeri Suara
  • Nonima
  • Opini
  • Parlemen Affairs
  • Podcast
  • Reportase
  • Seputar Pemilu
  • Surat untuk Redaksi

Terbaru

  • Kunjungi Rumah Penghafal Alquran, Chaidir : Kami Akan Naikkan Insentifnya
  • Konvensi Mutu Semen Tonasa, Tampilkan Karya terbaik Dari Para Karyawan
  • Puto Arham dan Bagaimana Anrong Gurua menerjemahkan Pesan Ammatoa Kajang
  • Chaidir Syam-Suhartina Gencar Salurkan Bantuan Kemanusiaan ke Lutra

Kontak Kami

Phone/WA : +6287758082119
Email : redaksi@aksaraintimes.id
Alamat Redaksi : Ruko New Zamrud, A6, Jl. Topaz Raya, Masale, Kec. Panakkukang, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90231

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Kolaborasi
  • Pedoman Media Siber
  • Disclaimer

© 2020 AksaraINTimes.id - Dev by Domainweb.id.

Tidak ada hasil
Tampilkan Semua Hasil
  • Beranda
  • Intermedia
    • Reportase
    • Editorial
    • Aksara Ads
  • Negeri Suara
    • Seputar Pemilu
    • Parlemen Affairs
  • Aksara Opera
    • Metafora Budaya
    • Opini
    • Nonima
  • Covid-19
  • KIRIM ARTIKEL

© 2020 AksaraINTimes.id - Dev by Domainweb.id.

SELAMAT DATANG

Masuk dengan Facebook
Masuk dengan Google+
Atau

Masuk ke akun Anda di bawah ini...

Lupa Kata sandi.?

Buat akun baru!

Isi formulir di bawah ini untuk mendaftar

Semua bidang yang diperlukan. Masuk

Ambil kata sandi Anda.

Silakan masukkan nama pengguna atau alamat email Anda untuk mengatur ulang kata sandi Anda.

Masuk