PADA 19 OKTOBER, Sulawesi selatan merayakan Ulang tahun yang 350 tahun. Hal ini tentu terdengar absurd, bagaimana mungkin sebuah provinsi lebih tua dari negaranya itu sendiri?
Hari jadi Sulawesi-Selatan ditetapkan 19 Oktober 1669 melalui seminar hari jadi sulawesi selatan yang awal mulanya diprakarsai oleh Gubernur H.Z.B Palaguna pada tahun 1993. Beliau menginginkan adanya suatu wahana yang dapat mengikat masyarakat sebagai perwujudan kebersamaan dan persatuan.
Gagasan ini kemudian ditindaklanjuti dengan pelaksanaan Seminar Hari Jadi Sulawesi Selatan yang diadakan pada tanggal 18 dan 19 Juli 1995. Seminar ini menampilkan 19 makalah dari para pakar dengan latar belakang berbagai disiplin ilmu dan makalah kunci dari gubernur Sulawesi Selatan.
Hasil dari seminar tersebut kemudian dikukuhkan dalam Peraturan Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan Nomor 10 Tahun 1995. Di dalam pasal penjelas Perda tersebut dijelaskan mengapa tanggal 19 Oktober 1669 ditetapkan sebagai hari jadi Provinsi Sulawesi Selatan.
Tanggal 19 diambil dari momentum Sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang memutuskan membentuk delapan provinsi yangsalah satunya adalah Sulawesi. Sejumlah tokoh masyarakat Sulawesi Selatan menghadiri sidang tersebut yang dianggap sebagai simbol keinginankuat masyarakat Sulawesi Selatan untuk mendukung Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sementara pemilihan bulan Oktober merujuk pada dua kejadian di bulan tersebut, yang pertama Deklarasi Djongayya pada tanggal 15 Oktober 1945 yakni kesepakatan raja-raja di wilayah Sulawesi-Selatan dan sekitarnya menyatakan diri berada di belakang negara proklamasi 17 Agustus 1945. Yang kedua momentum kesepakatan raja-raja Sulawesi Selatan menyatakan diri sedarah dan seketurunan yang terjadi pada tanggal 11 Oktober 1674. Kedua momentum tersebut dianggap sebagai kesadaran akan kesatuan teritorial dan kesatuan budaya Sulawesi Selatan.
Yang terakhir soal pemilihan tahun 1669. Merujuk pada Perda tersebut dikatakan bahwa tahun ini dipilih sebagai penanda berakhirnya perang Makassar. Akhir dari perang Makassar dianggap sebagai titik balik dari perpecahan masyarakat Sulawesi Selatan,
Dijelaskan pula bahwa fakta sejarah ini meimbulkan kesadaran untuk bersatu baik dalam genealogis maupun teritorial dan meneruskan perjuangan dengan dijiwai oleh semangat patriotisme dan heroisme dari para pahlawan yang telah gugur dengan gagah berani pada perang tersebut.
Dalam Perda tersebut juga dijelaskan bahwa hari jadi Sulawesi Selatan bukanlah formalitas belaka. Melainkan memiliki makna yang mendalam sehingga dapat memberikan gambaran simbolik tentang jati diri dan motivasi masyarakat serta sebagai saran melestarikan budaya dan sejarah Sulawesi Selatan.
Kejanggalan Tahun Kelahiran Sulawesi Selatan
Jika dihitung sejak tahun 1669 maka tahun ini Sulawesi Selatan telah menginjak usia 350 tahun. Tahun 1669 adalah tahun kekalahan Kerajaan Gowa yang ditandai dengan penghancuran benteng Somba Opu dan dimulainya era penjajahan Belanda di Wilayah Kerajaan Gowa. Prof. Nurhayati Rahman, Guru besar Universitas Hasanuddin mengkritik penetapan tahun 1669 sebagai hari jadi Sulawesi Selatan. “Masa’ kekalahan Gowa adalah tonggak lahirnya Provinsi Sulawesi Selatan, itu kan lucu” Jelasnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa sebelum masa kemerdekaan setiap kerajaan di Sulawesi Selatan adalah daerah berdaulat yang memiliki lambang dan benderanya sendiri. Sehingga dalam menentukan sejarah lahirnya Sulawesi Selatan tidak perlu menarik-narik ke-belakang karena provinsi baru hadir setelah Indonesia merdeka.
Hal yang juga layak diperdebatkan adalah kekalahan kerajaan Gowa tahun 1669 dari Belanda jika merujuk pada pasal penjelas Perda di atas dijelaskan kejadian tersebut merupakan titik balik dari perpecahan masyarakat Sulawesi selatan.
Menurut Prof. Nur ini adalah sebuah interpretasi sejarah. “siapa bilang ini titik balik bersatu? Justru perang berlangsung terus”. Perang terus terjadi akibat politik devide et impera yang dilakukan oleh Belanda. Ia mengambil contoh bagaimana Arung Palakka melakukan politik perkawinan antar kerajaan untuk menyatukan kerajaan yang saling bertikai untuk kemudian bersatu melawan Belanda.
Tahun 1669 bagi kerajaan Gowa adalah sebuah kekalahan dan awal dari kehancuran kerajaan Gowa itu sendiri, Sementara bagi kerajaan Bone itu adalah kemenangan dan akhir dari pendudukan kerajaan Gowa. Menjadikan tahun 1669 sebagai tonggak kelahiran Provinsi Sulawesi Selatan tak dapat dipungkiri akan meimbulkan multi interpretasi.
Simbol Atau Fakta Sejarah?
Jika melihat bagaimana hari jadi Sulawesi Selatan ditetapkan ini tidak merujuk pada suatu kejadian di tanggal, bulan dan tahun tertentu. Masing-masing memiliki makna dan rujukan sejarahnya sendiri-sendiri.
Sejarawan Univarsitas Hasanuddin Suriadi Mappangara mengatakan hal ini karena ada yang ingin mengingat tanggal, ada yang ingin mengingat bulan dan ada yang ingin mengingat tahun. Ia juga membenarkan bahwa kejatuhan kerajaan Gowa yang ditandai dengan penghancuran benteng Somba Opu menjadi dasar peringatan hari jadi Sulawesi Selatan yang menyisakan luka disatu sisi dan kemenangan disisi yang lain.
Namun baginya masa lalu adalah masa lalu. “kita mengambil hikmah dari kejadian itu” katanya. Ia pun menerangkan bahwa kejadian tahun 1669 sebagai pengingat bahwa kita pernah berada dalam kejatuhan yang begitu dahsyat dan mudah-mudahan tidak mengulanginya lagi di masa depan.
Jika melihat fakta sejarah. Provinsi sulawesi selatan sebagai sebuah daerah administratif baru eksis setelah kemerdekaan Indonesia. Sejarah provinsi tentu saja berbeda dengan sejarah kota atau daerah yang terdapat dalam provinsi tersebut.
Prof. Nurhayati yang dikenal karena kerja kerasnya menerbit kan sureq La Ga Ligo menekankan bahwa sejarah harus berdasarkan fakta, tidak boleh dinterpretasi berdasarkan imajinasi. Begitupun terkait sejarah lahirnya Sulawesi Selatan. Ia pun mengatakan bahwa tidak ada salahnya jika provinsi berumur muda, jika kenyataanya memang seperti itu.