ADA PEMANDANGAN lain di langit kota Makassar pagi ini (17/09), langit yang biasanya diisi oleh polusi kendaraan bermotor dan debu-debu jalanan kini diramaikan oleh asap dari dari Tempat Pembuang Akhir (TPA) Sampah Antang. Asap ini akibat dari kebakaran yang terjadi di TPA Antang sejak Minggu (15/09).
Kabut asap menyebar hingga ke Jalan AP Pettarani, Jalan Urip Sumoharjo dan Jalan Abd Dg Sirua. wilayah Toddopuli,Borong Raya dan Jalan Bolevard Makassar. Jalan Maccini Raya hingga sebagian wilayah Jalan Sultan Alauddin dan Jalan Perintis Kemerdekaan.Kabut asap juga menyebar ke sungguminasa, Kabupaten Gowa.
Akibat kabut asap tersebut kegiatan sehari-hari masyarakat sekitar TPA terpaksa dihentikan. Seperti SD Borong Jambu 1,2 dan 3 yang terpaksa meliburkan anak didiknya. Asap tersebut juga menganggu para pegguna jalan kota makassar.
Sampah merupakan masalah laten masyarakat modern, mayarakat yang secara sederhana dapat diidentifikasi melalui penggunaan teknologi dan ilmu pengetahuan untuk menyelesaikan dan mempermudah kehidupan sehari-hari. Namun, selama bertahun-tahun perkembangan ini abai terhadap kondisi lingkunga, salah satunya sampah.
Makassar sendiri sebagai kota paling modern di kawasan timur indonesia dalam sehari memproduksi sampah kurang lebih 1.200 ton. Dengan 1.100 ton mengalir ke TPA Antang setiap harinya. Jika keadaan ini berlanjut maka TPA antang dengan lahan yang tersisa hanya mampu menampung sampah Makassar hingga tahun 2020. “kalo lahannya memang sementara ini mulai agak kewalahan menampung sampah kota” Kata Iskandar Kepala Dinas Lingkungan hidup Kota Makassar ketika dihubungi aksara.
Pengolahan Sampah Makassar : Banyak Jargon minim aksi
Masih lekat diingatan ketika Walikota Ramadhan Pomanto melantik kepala sekolah di TPA pada 2016 juga rencana pembangunan TPA bintang lima Antang. Namun hingga ebakaran TPA kemarin belum ada perubahan signifikan pada TPA Antang, malah kapasitas penampungannya semakin lama semakin berkurang.
Hal yang sama juga terjadi pada Bank sampah sebagai salah satu solusi pengurangan sampah belum berjalan maksimal dan hanya mampu mengurangi sampah sekitar dua ton perhari. “Bank sampah dari 800 yang kami imput melalui data baru sekitar 400 yang berjalan secara maksimal” Jelas Ikandar. Bank sampah ini sendiri hanya mampu mengurangi sekitar 20 ton per hari.
Iskandar juga menjelaskan bahwa proyek TPA Bintang Lima yang kemari digadang-gadang menjadi yang pertama di Indonesia akan diistrahatkan dahulu dan lebih mengutamakan proyek pembangunan PLTsa sebagimana amanat Perpres No 35 Tahun 2018 tentang percepatan pembangunan instalasi pengolah sampah menjadi tenaga listrik berbasis teknologi ramah lingkungan. Makassar menjadi salah satu lokasi pembangunan PLTSa bersama 11 daerah lainnya.
Pengelolaan sampah makassar hari ini masih bersandar pada metode lama yakni menimbun di TPA
Makassar seharusnya belajar dari Surabaya dalam pengelolaan sampah. melalui pemaksimalan bank sampah dan rumah kompos kota Surabaya mampu menekan jumlah sampah yang masuk ke TPA. Dengan penduduk yang berjumlah kurang lebih 3 juta jiwa, sampah yang masuk ke TPA sebanyak 1.600 ton per hari, bandingkan dengan Makassar yang berpenduduk 1,6 juta jiwa (2018) volume sampah ke TPA sebanyak 1.200 ton per hari.
Jika tidak dikelola dengan strategis mulai dari sekarang dan hanya menjadi proyek tambal sulam, bukan tidak mungkin Makassar menjadi kota Sampah dimasa depan.