Awal Puasa Ramadhan 2022 Antara NU dan Muhammadiyah Berbeda, Begini Penjelasannya!

Aksaraintimes,id – Penetapan awal Ramadhan oleh dua organisasi Islam terbesar di Indonesia pada tahun 2022 mengalami sedikit perbedaan.

Organisasi Muhammadiyah menetapkan awal Ramadhan jatuh pada tanggal 2 April 2022, sedangkan organsisi NU menetapkan pada mulai tanggal 3 April 2022 yang juga sama dengan keputusan Pemerintah.

Lantas bagaimana perbedaan ini bisa terjadi? Penentuan awal puasa yang manakah yang dicontohkan oleh nabi? Mari kita simak pembahasannya disini!

Baca Juga: Amalan Singkat Saat Sahur di Bulan Ramadhan, Mustajab! Do’a akan Cepat Kabul

Cara Menentukan Awal Puasa Ramadhan

1. Metode Rukyat

Metode rukyat adalah metode penentuan awal puasa dengan cara mengamati kemunculan hilal. Hilal sendiri merupakan bulan sabit muda pertama yang dapat dilihat setelah terjadinya konjungsi pada arah dekat matahari terbenam yang menjadi acuan permulaan bulan dalam kalender Islam.

Dengan kata lain apabila hilal sudah Nampak, maka pertanda bahwa sudah masuk kedalam bulan baru..

Melakukan rukyatul hilal adalah cara yang disyariatkan di dalam agama dan diperintahkan oleh Rasulullah SAW. Sebagaimana sabda Nabi SAW:

“Berpuasalah kalian dengan meliaht (bulan) dan berbukalah (berlebaran) dengan melihat bulan, jika terhalang oleh kalian melihat bulan maka taqdirkanlah.”

2. Ikmal

Metode ikmal merupakan metode dimana bulan sya’ban digenapkan menjadi 30 hari (yang biasanya berjumlah 29 hari). Metode ini dilakukan apabila hilal di sore hari pada hari ke 29 sya’ban tidak muncul atau tidak dapat dilihat. Ketidaktampakkan hilal biasanya terjadi oleh beberapa hal, seperti hujan lebat, cuaca mendung atau awan gelap.

Dasar penentuan metode ikmal yaitu hadis nabi  yang berbunyi ,

“Jika kamu telah melihatnya (hilal Ramadan) maka puasalah kamu dan jika kamu telah melibatnya (hilal Syawal) maka berbukalah kamu. Dan jika bulan (hilal) tertutup awan sehingga tidak terlihat, maka perhitungkanlah olehmu.” (HR Bukhari dan Muslim dari Ibnu Umar).

3. Metode Hisab

Metode hisab adalah perhitungan secara matematis dan astronomis untuk menentukan posisi bulan dalam menentukan dimulainya awal bulan pada kalender Hijriyah. Hisab sering digunakan dalam ilmu falak untuk memperkirakan posisi matahari dan bulan terhadap bumi.

Karena posisi matahari menjadi patokan umat Islam dalam menentukan masuknya waktu sholat. Sementara posisi bulan digunakan untuk mengetahui terjadinya hilal sebagai penanda masuknya periode bulan baru dalam kalender hijriyah.

Dasar dalil metode Hisab

“Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia seperti pelapah yang tua” (QS 36:39)

Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan. (QS. Ar Rahman: 5)

Muhammadiyah menggunakan metode hisab pada penentuan awal Ramadhan sehingga setiap tahun jatuhnya awal Ramadhan sudah terhitung secara sistematis.

Baca Juga: Ramadhan atau Ramadan? Apakah Penulisanmu Sudah Benar? Simak Penjelasannya Disini!

Sedangkan NU biasanya menggunakan gabungan antara rukyatul hilal dan ikmal. Apabila hilal terlihat, NU akan memutuskan bulan Ramadhan jatuh keesokan harinya. Namun jika tidak terlihat, NU akan memutuskan awal puasa keesokan lusa nya dengan menggenapkan bulan sya’ban menjadi 30 hari.

Berikut diatas merupakan ulasan mengenai alasan kenapa awal puasa antar Muhammadiyah dan NU bisa mengalami perbedaan. Semoga bermanfaat.